Kira-kira, kenapa sih sebuah franchise game bisa mati? Ini nih, beberapa alasan yang menyebabkan matinya sebuah franchise game!
Bila membicarakan industri game tentu saja tidak ada habisnya karena semakin teknologi berkembang, akan ada banyak sekali game-game baru yang muncul sehingga ada beberapa franchise game yang terus berlanjut hingga saat ini, atau bahkan beberapa developer rela melakukan remake.
Tapi ternyata ada beberapa franchise game yang dulunya keren, dapat perhatian banyak dari gamer, dan untung banyak malah harus mengalami nasib nahas karena di seri terbarunya justru tidak laku.
Karena tidak laku ini akhirnya developer harus menghentikan franchise game tersebut dan akhirnya game ini menghilang karena dilupakan oleh para gamer. Sebenarnya hal ini bukanlah hal yang baru, karena dari dulu hal ini kerap terjadi.
Ada beberapa faktor yang membuat matinya sebuah franchise, entah itu adalah faktor internal maupun eksternal, yang jelas salah satu faktornya adalah dunia perkembangan game yang dinamis sehingga menuntut developer terus kreatif untuk menciptakan game-game baru.
Nah, selain itu ada beberapa faktor lagi yang membuat matinya sebuah franchise game, mari kita ulas satu per satu!
5. Dunia Game itu Dinamis
Yang pertama membuat matinya sebuah franchise adalah dunia game itu sangat dinamis sehingga developer dituntut untuk terus berinovasi melalui kreatifitas mereka. Tapi tak jarang inovasi hasil developer yang dulunya diinginkan justru malah menjadi hal yang dibenci.
Cepatnya perubahan yang ada diindustri game benar-benar bisa menjadi berkah ataupun bencana. Kita bisa melihat contoh kecilnya ketika Ubisoft ngebet untuk segera meluncurkan Assassin’s Creed: Unity.
Kala itu PS4 baru saja meluncur dan dengan antusias Ubisoft ingin segera meluncurkan seri Assassin’s Creed terbarunya. Alih-alih mendapatkan sambutan yang baik, justru Ubisoft malah mendapatkan kritik keras dan tajam.
Mungkin bila developer-nya bukan sekelas Ubisoft, Assassin’s Creed sebagai franchise akan langsung gulung tikar.
4. Inovasi Yang Berlebihan
Sebuah inovasi memang diperlukan, tapi bila inovasi yang dilakukan justru berlebihan mungkin saja itu akan menjadi hal yang kurang baik. Assassin’s Creed: Unity masih menjadi contoh dalam hal ini.
Ketika akan dirilis, Ubisoft menjanjikan bahwa suasana crowd dalam game itu akan sangat terasa karena mereka memunculkan banyak NPC dalam satu layar dan hasilnya banyak yang mengeluhkan drop FPS (frame per second). Bahkan sampai-sampai wajah karakter utama sampai tidak terlihat karena lag.
Contoh lain adalah ketika dirilisnya Batman Arkham Knight yang mengharuskan kalian menyelesaikan seluruh misi Riddler hanya untuk mendapatkan ending yang sebenarnya.
Menurut saya sebagai gamer, itu hal yang berlebihan, mungkin bila ingin berinovasi dan membuat gameplay menjadi lebih lama, pihak developer bisa mengalihkannya kepada hal lain.
3. Tak ada Inovasi yang Signifikan
Seperti yang saya bilang di atas, bahwa inovasi adalah hal perlu tapi bila berlebihan akan berdampak buruk. Bila inovasi berlebihan adalah buruk, apalagi tanpa inovasi? Ada banyak sekali contoh matinya sebuah franchise game dikarenakan kurangnya inovasi.
Kita bisa lihat kasus Dino Crisis 3 yang begitu memukau di dua seri awal namun justru malah menjadi bumerag di seri ketiga karena kurangnya inovasi, selain itu menurunnya popularitas Batman Arkham dan Assassin’s Creed: Unity karena minimnya inovasi dalam gameplay mereka juga bisa dijadikan contoh.
Bila sebuah developer telah menemukan formula gameplay yang bagus, mereka wajib mempertahankannya dengan catatan ada sebuah inovasi dari segi yang lain.
Mengapa GTA 5 begitu memukau, padahal dari segi gameplay mereka masih sama seperti GTA yang dulu? Itu karena mereka mampu mempertahankan ciri khas gameplay mereka dengan sedikit tambahan inovasi.
2. Terus Dieksploitasi Tanpa Ada Kata Tamat
Sekarang, game yang sudah sukses tentu saja akan menjadi lumbung uang untuk para developer. Game-game itu nantinya akan dibuatkan sekuel atau prekuel-nya untuk menarik minat para gamer.
Tapi sayang, eksploitasi yang berlebihan inilah yang pada akhirnya membuat game tersebut perlahan-lahan mengalami kemunduran. Lihat betapa suksesnya tiga seri The Witcher dan lihatlah betapa kacaunya seri Call of Duty saat ini.
Game yang jelas kapan tamatnya akan lebih baik dari game yang terus dipaksakan sehingga pada akhirnya game tersebut keluar dari pakem yang telah ditentukan dari awalnya.
1. Tutup Telinga dari Gamer
Yang paling cepat membuat matinya sebuah franchise game dikarenakan para developer tutup kuping dari masukan dan saran gamer. Gamer merupakan orang yang tahu bagaimana game tersebut berubah dalam sekuelnya.
Ironisnya, ada developer yang seakan tutup mata akan hal ini dan memilih mempertahankan ide mereka dibandingkan mengaplikasikan permintaan para gamer. Jelas, bila developer mengikuti beberapa keinginan gamer yang realistis, mereka pasti akan mendapatkan hal yang terbaik.
Contohnya adalah ketika Pro Evolution Soccer 2014 dihujat habis-habisan namun ketika PES 2015 diluncurkan, Konami mendapatkan pujian karena mereka menuruti keinginan gamer.
Bila membicarakan industri game tentu saja tidak ada habisnya karena semakin teknologi berkembang, akan ada banyak sekali game-game baru yang muncul sehingga ada beberapa franchise game yang terus berlanjut hingga saat ini, atau bahkan beberapa developer rela melakukan remake.
Tapi ternyata ada beberapa franchise game yang dulunya keren, dapat perhatian banyak dari gamer, dan untung banyak malah harus mengalami nasib nahas karena di seri terbarunya justru tidak laku.
Karena tidak laku ini akhirnya developer harus menghentikan franchise game tersebut dan akhirnya game ini menghilang karena dilupakan oleh para gamer. Sebenarnya hal ini bukanlah hal yang baru, karena dari dulu hal ini kerap terjadi.
Ada beberapa faktor yang membuat matinya sebuah franchise, entah itu adalah faktor internal maupun eksternal, yang jelas salah satu faktornya adalah dunia perkembangan game yang dinamis sehingga menuntut developer terus kreatif untuk menciptakan game-game baru.
Nah, selain itu ada beberapa faktor lagi yang membuat matinya sebuah franchise game, mari kita ulas satu per satu!
5. Dunia Game itu Dinamis
Yang pertama membuat matinya sebuah franchise adalah dunia game itu sangat dinamis sehingga developer dituntut untuk terus berinovasi melalui kreatifitas mereka. Tapi tak jarang inovasi hasil developer yang dulunya diinginkan justru malah menjadi hal yang dibenci.
Cepatnya perubahan yang ada diindustri game benar-benar bisa menjadi berkah ataupun bencana. Kita bisa melihat contoh kecilnya ketika Ubisoft ngebet untuk segera meluncurkan Assassin’s Creed: Unity.
Kala itu PS4 baru saja meluncur dan dengan antusias Ubisoft ingin segera meluncurkan seri Assassin’s Creed terbarunya. Alih-alih mendapatkan sambutan yang baik, justru Ubisoft malah mendapatkan kritik keras dan tajam.
Mungkin bila developer-nya bukan sekelas Ubisoft, Assassin’s Creed sebagai franchise akan langsung gulung tikar.
4. Inovasi Yang Berlebihan
Sebuah inovasi memang diperlukan, tapi bila inovasi yang dilakukan justru berlebihan mungkin saja itu akan menjadi hal yang kurang baik. Assassin’s Creed: Unity masih menjadi contoh dalam hal ini.
Ketika akan dirilis, Ubisoft menjanjikan bahwa suasana crowd dalam game itu akan sangat terasa karena mereka memunculkan banyak NPC dalam satu layar dan hasilnya banyak yang mengeluhkan drop FPS (frame per second). Bahkan sampai-sampai wajah karakter utama sampai tidak terlihat karena lag.
Contoh lain adalah ketika dirilisnya Batman Arkham Knight yang mengharuskan kalian menyelesaikan seluruh misi Riddler hanya untuk mendapatkan ending yang sebenarnya.
Menurut saya sebagai gamer, itu hal yang berlebihan, mungkin bila ingin berinovasi dan membuat gameplay menjadi lebih lama, pihak developer bisa mengalihkannya kepada hal lain.
3. Tak ada Inovasi yang Signifikan
Seperti yang saya bilang di atas, bahwa inovasi adalah hal perlu tapi bila berlebihan akan berdampak buruk. Bila inovasi berlebihan adalah buruk, apalagi tanpa inovasi? Ada banyak sekali contoh matinya sebuah franchise game dikarenakan kurangnya inovasi.
Kita bisa lihat kasus Dino Crisis 3 yang begitu memukau di dua seri awal namun justru malah menjadi bumerag di seri ketiga karena kurangnya inovasi, selain itu menurunnya popularitas Batman Arkham dan Assassin’s Creed: Unity karena minimnya inovasi dalam gameplay mereka juga bisa dijadikan contoh.
Bila sebuah developer telah menemukan formula gameplay yang bagus, mereka wajib mempertahankannya dengan catatan ada sebuah inovasi dari segi yang lain.
Mengapa GTA 5 begitu memukau, padahal dari segi gameplay mereka masih sama seperti GTA yang dulu? Itu karena mereka mampu mempertahankan ciri khas gameplay mereka dengan sedikit tambahan inovasi.
2. Terus Dieksploitasi Tanpa Ada Kata Tamat
Sekarang, game yang sudah sukses tentu saja akan menjadi lumbung uang untuk para developer. Game-game itu nantinya akan dibuatkan sekuel atau prekuel-nya untuk menarik minat para gamer.
Tapi sayang, eksploitasi yang berlebihan inilah yang pada akhirnya membuat game tersebut perlahan-lahan mengalami kemunduran. Lihat betapa suksesnya tiga seri The Witcher dan lihatlah betapa kacaunya seri Call of Duty saat ini.
Game yang jelas kapan tamatnya akan lebih baik dari game yang terus dipaksakan sehingga pada akhirnya game tersebut keluar dari pakem yang telah ditentukan dari awalnya.
1. Tutup Telinga dari Gamer
Yang paling cepat membuat matinya sebuah franchise game dikarenakan para developer tutup kuping dari masukan dan saran gamer. Gamer merupakan orang yang tahu bagaimana game tersebut berubah dalam sekuelnya.
Ironisnya, ada developer yang seakan tutup mata akan hal ini dan memilih mempertahankan ide mereka dibandingkan mengaplikasikan permintaan para gamer. Jelas, bila developer mengikuti beberapa keinginan gamer yang realistis, mereka pasti akan mendapatkan hal yang terbaik.
Contohnya adalah ketika Pro Evolution Soccer 2014 dihujat habis-habisan namun ketika PES 2015 diluncurkan, Konami mendapatkan pujian karena mereka menuruti keinginan gamer.
Referensi :
duniaku.net