Analisis Turnamen M3 Mobile Legends, Mengapa Tim Indonesia Banyak yang Kalah?

Jika dilihat dari turnamen-turnamen terdahulu, seperti M2 dan M1. Indonesia masuk dalam tim yang hebat dan ditakuti tim dari negara lain. Tak terkecuali dari Filipina dan Malaysia. Namun setelah melihat pertandingan dalam M3 rasanya tim-tim perwakilan Indonesia mengalami penurunan, baik itu dalam pemilihan hero, kerjasama, objektif, maupun strateginya.


Indonesia merupakan pemain game Mobile Legends terbanyak di dunia. Atau bisa dikatakan Mobile Legends didominasi oleh pemain Indonesia. Bahkan sebelum game ini booming, pemainnya juga banyak yang berasal dari Indonesia. Sehingga tidak heran jika dalam pertandingan antar negara, Indonesia seringkali menjadi pemenangnya. Bahkan pemain dengan jumlah follower terbanyak ada di Indonesia, siapa lagi kalau bukan Tobias “Jess No Limit” Justin.


Namun kejayaan tim Indonesia tidak bertahan lama, karena dua tim asal Filipina telah berhasil memulangkan tim Indonesia. Lantas, apakah yang membuat prestasi Mobile Legends di Indonesia menurun? Berikut ini kita akan analisis bersama beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi.


1. Semakin Banyaknya Pemain Mobile Legends

Hal yang tidak bisa dipungkiri adalah semakin lama, Mobile Legends semakin banyak pemainnya. Tidak hanya di Indonesia namun juga dari mancanegara. Ini kemudian membuat semakin lama saingan Indonesia akan semakin banyak yang berasal dari negara lain. Yang berarti juga akan semakin susah bagi tim Indonesia untuk menang. 


Menurut data statistik, pemain Mobile Legends terbanyak diduduki oleh negara: 1.Indonesia, 2.Filipina, 3.Myanmar, 4.Malaysia, 5.Jepang. Meskipun Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah pemain terbanyak di Mobile Legends, namun hal tersebut tidak berpengaruh besar terhadap prestasi di kancah Internasional. Karena kemenangan di Internasional ditentukan oleh tim esportnya bukan jumlah pemainnya.


Semakin dikenalnya Mobile Legends di dunia, maka akan semakin banyak tim-tim yang ikut ajang internasional M3. Terlebih lagi, Negara Filipina semenjak sebelum Mobile Legends tenar, sudah memiliki Tim Esport yang kuat-kuat. Di game DOTA 2 Filipina memiliki tim Mineski, TNC Predator dan Execration yang berprestasi dan mampu bersaing dengan tim-tim kuat di negara lainnya. 


2. Pro Player Indonesia Banyak Yang Memilih Menjadi Youtuber dan Streamer

Sudah ada banyak sekali pemain pro player Mobile Legends Indonesia yang beralih menjadi youtuber atau streamer karena dinilai lebih menguntungkan. Contohnya adalah Oura, Lemon, Albert, Xinn, R7, dan lain-lain. Semua player tersebut adalah jebolan tim RRQ , meskipun ada diantaranya masih aktif di tim RRQ. 


Ini membuat gameplay mereka tidak fokus ke permainan kompetitif sehingga hasilnya tidak akan maksimal. Untuk menjadi tim hebat yang kuat, setidaknya dibutuhkan latihan setiap harinya, dengan rekan sesama tim. Hal tersebut bisa menjalin kedekatan dan memperkuat kerjasama saat turnamen. 


Namun, karena semuanya telah berkutat pada Youtube dan streaming masing-masing, tak heran jika permainan yang diberikan saat turnamen tidak bisa sebagus yang dulu sebelum tenar dan menjadi youtuber atau streamer. 


Berbeda halnya dengan pemain dari negara lain yang kebanyakan tidak memiliki channel Youtube dan berfokus pada tim Esport yang mereka miliki. Waktu dan tenaga mereka lebih banyak dihabiskan untuk berlatih dan bekerjasama untuk menjadi tim yang kuat. Sehingga mereka mampu menampilkan permainan yang epik dan menjadi tim yang tak terkalahkan. 


Seperti saat ronde Final M3 yang ternyata diduduki oleh tim Blacklist International dan tim Onic PH. Dimana kedua-duanya merupakan tim asal negara Filipina. Berkat latihan dan perjuangan yang keras dan berfokus pada permainan di tim. Blacklist International berhasil menumbangkan Onic PH dengan skor 4-0.


3.  Kurangnya Strategi dan Kerjasama di Tim Esport Indonesia

Kerjasama dan strategi yang bagus hanya bisa diwujudkan jika para anggota tim terus berlatih dan mempelajari strategi dalam menghadapi tim-tim kuat lainnya. Jika dilihat dari turnamen M3. RRQ Hoshi masih kurang dalam kerjasama dan strategi yang digunakan pun masih kurang efektif. Sehingga permainannya cenderung pasif, dalam artian bertahan menunggu tim musuh menyerang. Setelah musuh menyerang baru RRQ Hoshi akan menyerang. 


Turret pun sering kecolongan dikarenakan kurangnya komunikasi satu tim. Tim lawan yang terus menerus memberikan tekanan dan serangan pada akhirnya membuat semua turret hancur, sehingga RRQ Hoshi tidak dapat berbuat banyak selain terus bertahan sambil menunggu harapan untuk menyerang balik. Namun tak semudah itu, tim tidak memberikan kesempatan sedikitpun bagi RRQ Hoshi untuk melakukan serangan balik. 


Tim musuh yang terus memberikan tekanan dan serangan bertubi-tubi pada akhirnya mampu mengalahkan RRQ Hoshi. Kejayaan RRQ Hoshi pun berakhir, setelah kalah di upper bracket melawan Onic PH 3-0 dan kalah juga di lower bracket melawan Blacklist International 3-0.


4. Hadiah Turnamen yang Masih Tergolong Rendah

Jika dibandingkan dengan turnamen game MOBA lain, hadiah turnamen Mobile Legends masih tergolong kecil. Sehingga banyak pro player Indonesia yang beralih menjadi Youtuber atau streamer karena penghasilannya lebih menggiurkan. Total hadiah (prize pool) yang didapatkan dalam turnamen M3 adalah $800.000 (Rp11,4 miliar), dimana Juara 1 mendapat $300.000 (Rp4,2 miliar), Juara 2 mendapat $120.000 (1,7 miliar), Juara 3 mendapat $80.000 (Rp1,1 miliar), dan seterusnya. Angka tersebut masih harus dibagi, karena dalam satu tim ada banyak orang yang terlibat, belum lagi kepotong biaya pendaftaran dan biaya pajak, jadi nilai hadiah yang diterima bersih untuk tiap pemain akan semakin kecil. 


Jika dibandingkan dengan game HP lain total hadiah di ajang M3 masih kalah. Kita lihat saja Arena of Valor International Championship 2021 yang hadiahnya $1 juta, Free Fire World Series 2021 Singapore yang prize poolnya $2 juta, atau PUBG Mobile Global Championship 2021 dengan prize pool mencapai $3,4 juta. Akhirnya ini membuat para pemain masih kurang sejahtera dengan penghasilan yang didapatkannya. Bahkan Lemon bernah membandingkan prize pool Mobile Legends dengan Free Fire yang kalah jauh dalam twitternya.


Namun berbeda halnya jika pemain membuka channel Youtube kemudian mendapatkan banyak view berkat kepopulerannya. Membuat konten bagi pro player pun lebih mudah tidak seperti saat pertandingan turnamen yang membutuhkan banyak latihan, tenaga dan pikiran. Youtuber sekelas Xinnn yang memiliki 3,3 juta subscriber memiliki estimasi pendapatan per bulannya $10.800 - $65.000 atau sekitar Rp.152.280.000 – Rp.916.500.000. Angka yang jauh lebih besar ketimbang hadiah yang didapatkan dari turnamen Mobile Legends. 


Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan jika para pro player yang berada di tim papan atas sekelas RRQ Hoshi hadir di tim hanya untuk mencari popularitas di Indonesia untuk menarik lebih banyak subscriber dan viewer. Karena memang menjadi Youtuber merupakan profesi yang lebih menjanjikan dan menghasilkan banyak uang dibandingkan menjadi atlet Esport. Ini membuat banyak pro player lebih memilih untuk fokus ke dunia Youtube dan streaming ketimbang menjadi atlet Esport.


5. Draft Pick Tidak Sesuai Meta

Satu hal yang agak mengherankan yang dilakukan RRQ Hoshi dalam Turnamen M3 adalah draft hero yang kurang bagus. Bahkan dalam suatu pertandingan nampak tim RRQ Hoshi memilih Bruno untuk ditempatkan di gold lane. Padahal meta saat itu bukan Bruno, melainkan Nathan, Yi Shun Shin, Beatrix, dan Clint. Ini membuat RRQ Hoshi kesulitan melawan hero musuh yang termasuk hero meta.


Alhasil Hero Bruno tidak bisa berbuat banyak di late game, hanya mampu bertahan dan menunggu kesempatan untuk bisa menyerang. Bahkan salah satu pemain Bloodthirsty King yaitu Friedchicken mengatakan dalam streamingnya bahwa draft pick RRQ Hoshi lemah. Meta merupakan hal yang penting dalam penentuan draft pick. Sehingga tak jarang tim-tim dalam turnamen mempick hero itu-itu saja karena memang hero tersebut sedang meta.


6. Banyak Pro Player yang Keluar dari Tim Esport

Sudah ada cukup banyak pro player yang keluar dari tim Esport seperti Lemon, Oura, Donkey, dan lain-lain. Semuanya hengkang karena alasan tertentu, dan memang menjadi atlet Esport tidak semenyenangkan yang kita bayangkan. Perlu kerja keras dan ketekunan untuk bisa menjadi tim yang tangguh. Untuk itu, diperlukan orang yang sungguh-sungguh dan memiliki tekad yang besar untuk mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya berlatih di tim Esport.


Kita ambil contoh Lemon yang merupakan jebolan tim RRQ. Dalam channel Youtube Deddy Corbuzier dia pernah diwawancarai apa alasannya keluar dari tim RRQ. Dan jawanbannya cukup jelas, bahwa Lemon ingin memberikan kesempatan kepada para pro player lainnya yang masih muda untuk berkecimpung dalam kompetisi tim Esport RRQ. Meskipun begitu, sebenarnya sudah dapat kita lihat kenyataannya bahwa ada banyak mantan anggota tim hebat beralih menjadi Youtuber atau streamer karena penghasilannya lebih tinggi dan menjanjikan.


7. Attitude yang Kurang Baik

Kebanyakan tim Esport Indonesia memiliki kepercayaan diri yang berlebihan yang membuatnya sombong dan keras kepala, meskipun tidak semuanya seperti itu. Sehingga sebelum pertandingan dimulai mereka seringkali meremehkan kekuatan musuh. Mereka menganggap timnya adalah tim terkuat dan bisa membabat habis tim-tim dari negara lain. 


Alhasil latihannya tidak maksimal, cenderung kurang siap, dan kurang mengikuti perkembangan meta turnamen saat itu. Seperti yang dikatakan orang bijak bahwa “Kemenangan sesungguhnya bukanlah dari kemampuan tetapi kelakuan (attitude)”. Kelakuan buruk tim Esport Indonesia yang sombong dan merasa dirinya hebat pada akhirnya akan membawa mereka pada kekalahan dan kekecewaan.


0 komentar