Artificial
Intelegence (AI) atau jika diterjemahkan artinya kecerdasan buatan, sudah tak
asing lagi dalam dunia teknologi untuk menggantikan peranan manusia. Mirip
seperti manusia, AI dapat belajar dari kesalahan dan menjadi lebih cerdas dari
sebelumnya.
Penggunaan
AI dalam game pernah dilakukan beberapa kali dan cukup sukses, seperti dalam
game Go dan dalam catur AI bernama Deep Blue yang berhasil mengalahkan juara
catur dunia Garry Kasparov.
Kali
ini AI dihadirkan dalam salah satu event menarik di The International 2017,
pemain profesional DOTA 2 Danil Inshutin (Dendi) ditantang untuk melawan pemain
profesional lain. Namun lawannya kali ini bukan manusia, melainkan Bot AI yang
seharusnya tidak pantas tampil ke panggung melawan pemain papan atas.
Dendi
sempat terkejut melihat lawannya hanya berupa CPU komputer, ternyata setelah
ditelusuri itu adalah Bot AI buatan OpenAI, bot itu bukanlah bot biasa dan
telah mengalahkan pemain profesional lainnya sebelum Dendi.
Chief
Technology Officer di OpenAI, Greg Brockman mengatakan bot ini mendapatkan
kemampuannya bukan dari bertanding dengan pemain profesional ataupun strategi
lain akan tetapi melawan kopian dirinya sendiri dengan gerakan yang sangat acak
layaknya manusia ditambah sedikit pengembangan. Ide "bermain sendiri"
adalah kunci kemajuan yang didorong oleh OpenAI.
Ini
adalah cara yang berguna bagi sistem AI untuk mempelajari tugas yang paling
rumit sekalipun. Bot tidak akan mempelajari apapun jika melawan pemain lemah
atau kuat sekalipun.
"Dengan bermain sendiri, ia selalu memiliki lawan yang layak. Anda bisa lihat AI ini bekerja benar-benar secara acak ke sistem permainan yang kita lihat di sini," ujar Brockman seperti dikutip Business Insider.
"Dengan bermain sendiri, ia selalu memiliki lawan yang layak. Anda bisa lihat AI ini bekerja benar-benar secara acak ke sistem permainan yang kita lihat di sini," ujar Brockman seperti dikutip Business Insider.
Pemain
lain yang berhasil dikalahkan sebelum Dendi diantaranya Sumail, Arteezy, CCnC
dan presenter yang selalu hadir di event besar DOTA 2. Mereka awalnya
meremehkan bot tersebut bahkan si presenter optimis mampu mengalahkannya dengan
mudah karena telah 3 bulan melawan bot.
Baca Juga :
Baca Juga :
Dengan
peraturan menggunakan Shadow Fiend, tidak boleh memakai bottle, mengambil rune,
membunuh creep neutral, menggunakan shrine, membeli raindrop dan soul ring.
Apabila
setelah 10 menit kedua pemain belum mati 2 kali maka kemenangan ditentukan
dengan banyaknya creep yang telah dibunuh.
Mereka
pun mencobanya satu persatu, di tengah pemainan mereka sangat terkejut dan
menyerah melawan kecerdasan bot yang luar biasa lalu mengatakan “ Bot ini
sangat cerdas, hampir tidak mungkin mengalahkannya, Dendi pasti akan kesulitan,
good luck Dendi”.
Pertandingan
1vs1 menggunakan Shadow Fiend antara Dendi dengan bot pun dimulai, creep
blocking yang dilakukan bot benar-benar sempurna sehingga membuat creep Dendi
condong ke arah lane musuh, ini memberikan keuntungan bagi bot karena dia dapat
menyerang dari atas sehingga serangannya akurat sedangkan Dendi serangannya
akan mendapatkan miss 25%.
Bot
ini juga dapat melakukan pembatalan skill sehingga tidak ada satu skillpun yang
dikeluarkan dengan sia-sia. Setiap serangannya sangat efisien, membuat Dendi
kuwalahan dan mati 2 kali sebelum 10 menit.
Pada pertandingan kedua, bot membunuh Shadow Fiend yang dipakai Dendi dalam waktu kurang dari 2 menit, akhirnya Dendi menyerah. Dendi mengakui bahwa bot ini terlalu kuat, butuh waktu yang lama untuk bisa mengalahkannya.
Pada pertandingan kedua, bot membunuh Shadow Fiend yang dipakai Dendi dalam waktu kurang dari 2 menit, akhirnya Dendi menyerah. Dendi mengakui bahwa bot ini terlalu kuat, butuh waktu yang lama untuk bisa mengalahkannya.
Rencananya
OpenAI akan membuat bot 5vs5 yang tentunya lebih cerdas dengan kerjasama antar
hero dan kemampuan ganking. Perlu kamu ketahui, OpenAI merupakan salah satu
perusahaan buatan Elon Musk (CEO Tesla), OpenAI merupakan perusahaan nirlaba
yang bertujuan untuk mencegah AI menghancurkan dunia - sesuatu yang telah Musk
dengungkan selama bertahun-tahun.
Itulah
kenapa ia kembali mengingatkan masyarakat akan bahaya AI dan pentingnya
diperlukan regulasi terhadapnya, tak lama setelah memuji keberhasilan OpenAI.
"OpenAI untuk pertama kalinya mengalahkan pemain terbaik dunia di e-Sports
yang kompetitif.
Jauh lebih kompleks dibandingkan papan permainan tradisional seperti catur dan Go," kata Musk di akun Twitter miliknya pada Jumat (11/8) waktu setempat.
Jauh lebih kompleks dibandingkan papan permainan tradisional seperti catur dan Go," kata Musk di akun Twitter miliknya pada Jumat (11/8) waktu setempat.
Kendati
senang dengan pencapaian OpenAI, namun Musk tak hentinya mengingatkan kembali
bahaya yang bisa ditimbulkan AI hingga perlu regulasi yang dapat mengaturnya,
seperti yang pernah ia bicarakan dihadapan para gubernur AS pada Juli lalu.
Sumber:
kumparan.com